Nội dung text 1148 - #035+1 Aya - Fake Distress Call III.pdf
*** Selasa , Hari Kedua *** Akibat semalam aku dan Aya tidur cukup cepat setelah memenangkan pertaruhan kami, aku dapat bangun sebelum jam menunjukkan pukul 7 pagi ini. Aya yang kulihat masih tertidur pulas tanpa sehelai benang di badannya lantas kubiarkan tuk terus tidur sementara aku mengambil sebuah baju renang yang telah kusiapkan untuknya hari ini. Sebuah deep-v monokini berwarna hitam berbahan tipis dengan sisi perut yang terekspose yang kuyakini akan pas di badan Aya pun kusiapkan untuknya. Aku pun berganti ke celana renangku sebelum membangunkan Aya. Meski baru bangun tidur, muka cantik natural gadis 26 tahun ini terlihat mempesona.
Cantiknya Aya memang Indonesia banget. Cuppp "Pagi sayang. Yuk pake ini terus kita nyemplung dulu ke kolam pagi ini", ucapku setelah mengecup lembut bibirnya. - Berbeda dengan kemarin, Aya terlihat jauh lebih mellow. Memorinya akan semalam yang masih begitu jelas di benaknya membuatnya tak dapat bersikap angkuh seperti sebelumnya. Jelas dalam benaknya bagaimana dirinya secara gamblang telah dijinakkan sepenuhnya oleh Raka semalam. Aya yang merasakan nikmatnya bercinta dengan pasangan yang mampu memuaskannya dan mampu menyamai staminanya membuatnya tanpa sadar mulai dimabuk cinta dan birahi kepada Raka. Sentuhan Raka dengan cepat membuatnya kepengen lagi. Meski demikian, ada sebagian porsi dirinya yang tak mau menerima kenyataan ini. Alhasil, meski Aya dengan cepat memakai pakaian yang kuberikan kepadanya, alisnya terangkat menunjukkan protesnya. - Potongan V yang cukup dalam di bagian dada membuat setengah susunya tuk langsung terekspose, alhasil, Aya terlihat begitu mempesona. Kami pun bergegas ke infinity pool di lantai 27 yang hanya bisa diakses oleh anggota. Di dalam lift kurangkul tubuhnya dan kuberikan beberapa tekanan nakal ke sisi susunya yang terexpose. Sesampainya di lantai 27, dengan sedikit "tips" untuk staff yang menjaga kolam, aku dapat memastikan kami memiliki 30 menit dimana kami tidak akan diganggu pengunjung lain. Berbentuk persegi panjang, Aya kugiring ke ujung satunya. Kupeluk erat dirinya dan kudempetkan badannya diantara tepi kolam dan badanku. Kubasahi rambut hitam panjangnya sebelum kusibakkan ke kiri. Wajahnya kutolehkan ke kanan dan mulai kucumbu bibirnya. Pandangan mata Aya masih memiliki sedikit api untuk menaklukanku namun disaat yang sama terlihat jelas betapa dirinya menahan hasratnya tuk tak segera menjulurkan lidahnya.
- Sembari bibirku memburu bibirnya, tanganku memburu turun. Yang kanan bertengger di susu kirinya sementara yang kiri terus bergerak turun. Cumbuan serta gigitan bibirku ke bibirnya sukses membuat Aya tuk tak dapat lagi menahan keinginannya tuk bercumbu secara lebih nikmat lagi. Lengannya ia kalungkan kebelakang, memakukan posisinya sendiri tuk berada dalam kendaliku. Lidahnya terjulur nakal, melumat bibirku sebelum kusambut dengan lidahku. Tepat saat lidah kami mulai bermain bersama, kedua tanganku mulai ikut bermain juga. - Sementara tangan kananku menyelinap masuk tuk meremas susu dan memainkan putingnya, tangan kiriku lantas menyibakkan ujung monokininya dan dengan gesit kumasukkan jari tengah dan telunjukku ke dalam liang vaginanya. Putingnya yang semalam terus kumainkan dan kulatih membuatnya lebih sensitif dibandingkan kemarin. G-spotnya yang sudah kutahu persis letaknya juga membuat jariku dapat dengan mudah merangsangnya. Kedua sentuhanku pada kedua titik sensitifnya membuat badan Aya dengan cepat meresponi. Gelinjangan-gelinjangan tipis tubuhnya dapat kurasakan sembari ekspresi wajahnya dengan cepat kulihat semakin sange. Menanggapi respon tubuhnya, aku pun lantas memberinya sebuah kejutan. - Kulepaskan cumbuanku lalu dengan cepat tangan kananku beralih dari susu kiri Aya tuk menurunkan celana renangku. Jari kiriku kukeluarkan dari dalam liang vaginanya tuk memposisikan pinggulnya. Schlopppp Tanpa menunggu lama, kumasukkan penisku ke dalam Aya untuk pertama kalinya pada hari ini. Emphhhhhh
Selain menahan desahannya, hal ini sontak membuat Aya menoleh ke belakang dan menggelengkan kepalanya. - Matanya dapat melihat beberapa staff yang tengah mengamati mereka. Meski terdapat jarak di antara mereka berdua dan para staff, tetap saja Aya merasa risih karena dirinya belum pernah main seperti ini sebelumnya. Protes Aya kuhiraukan begitu saja. Meski demikian, aku tak lantas memompanya kuat di dalam kolam ini. Secara perlahan-lahan kukeluarkan dan kumasukkan penisku dari vaginanya. Sementara penisku sudah masuk ke dalam vaginanya, tangan kananku kembali tuk memeluk tubuhnya dan memainkan puting kirinya, memberikan beberapa pencetan sambil menarik-nariknya nakal. Di waktu yang sama, tangan kiriku bergerak tuk mengocok klitorisnya. - Rangsangan-rangsangan yang kuberikan ditambah dengan rasa malu dilihat oleh orang lain membuat Aya tak mampu bertahan lama. Meski tak kupompa cepat, kurang dari 10 menit kemudian, dinding vaginanya menyempit, punggung dan kepalanya mengejang ringan, dan tubuhnya bergetar nikmat dalam dekapanku. Aya keluar untuk kali pertamanya di hari yang baru ini. Usai membuat Aya keluar, aku tak lagi melanjutkan aksiku. Walaupun penisku masih jauh dari kata keluar, cukup sampai disini untuk saat ini. Kutarik keluar penisku, kubenarkan pakaiannya dan pakaianku lalu kugiring Aya keluar dari kolam. - Kuselimuti badannya dengan handuk dan dengan air yang masih menetes sedikit, kumembawa Aya tuk kembali ke kamar. Kepalanya tertunduk malu saat dirinya mendapati beberapa staff tersenyum nakal kepadanya. Sesampainya di kamar, aku segera meminta Aya tuk duduk dan menelepon resepsionis tuk memesan breakfast kami yang akan kami santap di kamar.