Nội dung text audit komunikasi.pdf
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit komunikasi pertama kali dikenal pada tahun 1954 oleh George Odiorne, Audit komunikasi yaitu suatu kajian mendalam dan menyeluruh tentang pelaksanaan sistem komunikasi keorganisasian yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan efektivitas organisasi (Hardjana, 2000: 13). Sistem komunikasi dilihat sebagai suatu aspek yang sangat penting dalam peningkatkan produktivitas organisasi. Sistem, aturan dan kebijaksanaan sangat mempengaruhi cara-cara orang dalam berkomukasi. Organisasi mempunyai sistem, aturan yang membedakan antara pimpinan dan karyawan (Gutama, 2010). Upaya-upaya dalam meningkatkatkan produktivitas organisasi tidak terlepas dari meningkatkan kelancaran informasi di dalam organisasi. Karena itu kelancaran informasi menjadi aspek generik yang setiap saat harus di kontrol, diperiksa kesehatannya. Menurut Gerald Goldhaber (dalam Hardjana 2000: 9) audit komunikasi merupakan “pemeriksaan diagnosis yang dapat memberikan informasi dini untuk mencegah kehancuran kesehatan organisasi yang lebih besar”. Organisasi modern sekarang melihat audit komunikasi sebagai suatu instrument yang digunakan untuk menilai efektivitas sistem komunikasi baik internal maupun eksternal. Hamilton (dalam Mohammed & Bungin, 2015: 5) menyatakan audit komunikasi yang dilaksanakan oleh sebuah organisasi mampu memberikan kontribusi kepada proses membuat keputusan yang
2 lebih efektif melalui pengayaan sumber informasi internal organisasi serta menghasilkan peningkatan produktivitas kerja. Menurut Goldhaber (dalam Mohammed dan Bungin, 2015:4) jika anggota organisasi tidak memiliki informasi yang cukup, mereka akan menjadi lebih tidak menentu dan kemungkinan besar akan menghasilkan outcome yang kurang bermutu. Selain itu, ketidakpastian juga dapat terjadi ketika anggota sebuah organisasi menerima terlalu banyak atau sedikit informasi yang memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka. Jika pekerja kekurangan informasi dalam proses berkomunikasi, mereka tentu tidak memperoleh cara untuk membuat rencana kemajuan dalam organisasi tersebut. Mereka mungkin tidak melihat dengan jelas akan peluang promosi dan karena hal tersebut memberikan mereka keputusan untuk memilih melakukan suatu yang menghambat kemajuan sebuah organisasi. Jadi audit komunikasi dilakukan sebagai langkah antisipatif. Dalam suatu organisasi sangat dibutuhkan adanya komunikasi organisasi yang mampu mengembangkan sikap anggota untuk merubah pola pikir dan pola perilakunya sehingga sejalan dengan apa yang menjadi tujuan dari organisasi tersebut. (Redding dan Sanborn dalam Arni Muhammad., 2005;65). Menurut Andre Hardjana (2000:19), saat yang tepat untuk penyelenggaraan Audit Komunikasi di Amerika Serikat yakni pada saat muncul kebutuhan untuk mengevaluasi kebijakan ataupun kebiasaan baru. Dan adapun saat yang tepat untuk melakukan audit komunikasi di Inggris
3 menurut Anthony Booth (dalam Hardjana, 2000: 19) ialah dapat dilakukan sebelum atau sesudah melakukan restrukturisasi atau rasionalisasi perusahaan. Pengertian dan tujuan audit komunikasi ada dua pemahaman pokok yakni sebagai alat diagnosis kesehatan dan sebagai alat riset evaluasi. Dalam pemahaman pertama, tujuan audit ditegaskan secara jelas, yakni untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan. Sedangkan, dalam pemahaman kedua, tujuan merupakan konsekuensi yang implisit dan tidak disebut secara tegas. Agar lebih memahami pemahaman penelitian audit komunikasi kita bisa melihat dari dua penelitian terdahulu di bawah ini mengenai audit komunikasi organisasi yang pernah dilakukan dengan berbagai fokus audit yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Ramadani dkk., 2015) mengenai Audit Komunikasi Organisasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Yogyakarta menyatakan bahwa pada muatan informasi di organisasi WALHI Yogyakarta cukup baik, informasi berasal dari pihak internal maupun eksternal organisasi, dari media komunikasi tertulis dan elektronik. Dukungan media komunikasi tertulis dan elektronik sangat menunjang mereka dalam hal efisiensi waktu, penggunaan teknologi komunikasi seperti telepon, sms, dan sistem jaringan komputer sangat membantu dalam proses penyampaian informasi antar divisi staff dan anggota organisasi. Keterbukaan antar divisi staff mempunyai pengaruh yang besar terhadap informasi yang masuk ke semua
4 anggota organisasi, selain itu perhatian antar divisi staff organisasi menciptakan suasana yang kondusif dalam proses penyampaian informasi. Penelitian kedua dilakukan oleh (Panghegar dkk.,2013) mengenai Audit Komunikasi Organisasi Horizontal Departemen Front Office Singgasana Hotel Surabaya. Dalam penelitiannya Panghegar menemukan bahwa media komunikasi yang digunakan beraneka macam yang disesuaikan dengan tujuan komunikasi. Namun, terdapat hambatan- hambatan yang terjadi dalam komunikasi ini yaitu hambatan lingkungan, sumber daya manusia, dan tugas serta tanggung jawab individu. Penelitian pertama mengukur muatan komunikasi dan penelitian kedua hambatan komunikasi yang terjadi pada objek penelitian, bahwa masing-masing media, tujuan dan hambatan selalu berkaitan satu dengan yang lain. Sehingga dari hasil keseluruhan penelitian audit komunikasi mampu memperlihatkan kekuatan audit komunikasi dalam menjaga kestabilan komunikasi dalam sebuah organisasi sehingga menjadikannya suatu hal yang penting dan menarik untuk dikaji dan diperdalam oleh peneliti. Kajian yang dilakukan oleh peneliti berupa evaluasi sistem komunikasi pada Pengadilan Agama Kota Yogyakarta dengan menggunakan metode audit komunikasi. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, bab satu ketentuan umum, bagian kedua tentang kedudukan, pasal 2 “Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana kehakiman bagi rakyat pencari