Nội dung text Materi Kasus Tugas Individu (Kasus I).pdf
KASUS I A. Hasil 1. Observasi Proses asesmen dengan metode observasi pertama kali dilakukan di RSJD DR. RM Soejarwadi, Jawa Tengah yakni pada saat dilakukan Wawancara. Asesmen dengan metode Observasi selanjutnya dilakukan di rumah klien. Berikut ini adalah data observasi yang didapatkan. a. Penampilan Fisik Klien Klien adalah laki-laki yang memiliki tinggi kira-kira 160 cm dan berat kira-kira 55 kg. Kulit klien berwarna kuning langsat, rambut hitam lurus dan terdapat bintik-bintik merah di wajah. Cara berpakaian klien di rumah mengenakan baju kaos dan celana pendek. b. Aktivitas Sehari-hari Klien 1) Aktivitas di RSJ Selama menjadi pasien di RSJD DR. RM Soejarwadi, Jawa Tengah klien mengikuti program yang dilaksanakan oleh rumah sakit dengan baik, seperti mengikuti TAK, program di pusat rehabilitasi, dan hal- hal lain seperti mencuci piring di bangsal. Pada masa-masa awal klien masuk RSJ di bangsal Edelweis, klien terlihat beberapa kali berperilaku aneh seperti berjabat tangan dengan orang lain secara berulang-ulang dengan menggunakan kedua tangannya secara bergantian. Klien terlihat pendiam namun ia mudah untuk diajak berkomunikasi. Setelah beberapa hari menjalani rawat inap di RSJ, akhirnya di pindahkan ke Bangsal Dewandaru. Setelah dipindahkan klien sempat menangis karena rindu dengan orang tuanya. Ketika orang tua dan kakak klien menjenguk, ia menangis dan memeluk kakak serta kedua orang tuanya sembari menyampaikan permintaan maaf kepada mereka. Keseharian klien di bangsal ia jalani dengan mengikuti setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak RSJ dengan baik dan tidak pernah mengeluh. Klien sering menjalin komunikasi dengan perawat dan pasien lain seperti menyapa dan mengobrol.
2) Aktivitas di Rumah Dirumah klien sering berbincang dengan keluarganya, terutama ibunya. Setiap dilakukan pengamatan, klien terlihat taat menjalankan ibadah seperti melakukan sholat disaat waktunya tiba. Disisi lain klien terlihat bersikap sangat lekat dengan ibunya. Terlihat ia sering bersandar di pundak ibunya dan memeluk ibunya. c. Saat Pelaksanaan Asesmen (Wawancara & Psikotes) Saat pelaksanaan wawancara ketika klien masih menjalani rawat inap di RSJ, klien terlihat kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Ia menjawab setiap pertanyaan dengan baik namun terkadang setelah memberikan jawaban ia membicarakan hal lain yang tidak ada hubungannya dengan topik pembicaraan sebelumnya, dan terkadang isi pembicaraan tersebut sedikit aneh seperti waham tentang perempuan yang ia sukai. Setelah selesai menjalani rawat inap dan pulang ke rumahnya, klien masih terlihat kooperatif dan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan meskipun terkadang masih membicarakan hal lain yang tidak ada hubungannya dengan topik pembicaraan sebelumnya, namun pembicaraan yang aneh seperti waham sudah tidak ada lagi. Hal yang justru banyak diceritakan oleh klien setelah keluar dari RSJ adalah kekhawatiran tentang keluarganya, kondisi kota boyolali dan kota lainnya, serta kekhawatiran terkait hubungan sosialnya dengan lingkungan sekitar akan terhambat oleh adanya perbedaan ras, suku, dan agama, dan lain sebagainya. Ketika pelaksanaan tes psikologi, klien telihat bersemangat / antusias dalam mengerjakan tes psikologi yang diberikan. Seperti ketika ia mengerjakan tes SSCT, ia sering bertanya terkait pertanyaan-pertanyaan yang ia tidak pahami atau yang menurutnya memiliki makna yang luas sehingga ia harus memastikan bahwa pemahamannya terhadap pertanyaan alat tes tersebut adalah benar. 2. Wawancara Proses asesmen dengan metode wawancara pertama kali dilakukan di RSJD DR. RM Soejarwadi, Jawa Tengah. Asesmen dengan metode wawancara selanjutnya dilakukan di rumah klien. Berikut ini adalah hasil wawancara yang didapatkan.
a. Autoanamnesis Klien adalah anak bungsu dari 2 bersaudara. Ia memiliki seorang kakak laki-laki yang selisih umurnya cukup jauh dengan dirinya, namun kakaknya belum menikah dan saat ini masih melanjutkan kuliah setelah cukup lama cuti kuliah karena bekerja sebagai guru honorer. Kedua orang tua klien sudah cukup tua. Ayahnya merupakan seorang pensiunan PNS dan ibunya adalah ibu rumah tangga yang juga mengurusi ternak ayam dirumahnya. Saat ini klien berumur 16 tahun yang berarti bahwa ia masih mengeyam pendidikan di bangku sekolah. Saat ini ia sudah memasuki kelas 2 SMK dan sudah mulai menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di suatu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Informasi (TI) karena klien bersekolah di SMK jurusan TI. Gejala gangguan mental klien muncul pertama kalinya saat ia masih menjalani PKL. Saat itu ia memutuskan untuk kos dengan teman-teman satu kelompok PKL-nya karena tempat PKL dengan rumah klien terbilang cukup jauh. Ketika kos bersama teman-temannya, klien merasa tidak nyaman karena kondisi kos yang tidak kondusif untuk dirinya seperti suara ribut dari penghuni kos yang lain atau pun dari teman-temannya. Hal yang membuat gejala gangguan psikologis klien muncul adalah ketika terjadi perselisihan antara dirinya dengan temannya yang menghujat klien dengan mengatakan bahwa dirinya dan keluarga adalah orang yang tidak mampu secara ekonomi. Saat itu teman klien menghina klien dan perkataan dari teman klien yang paling sangat membuat klien marah adalah bahwa ayah klien hanya seorang pensiunan PNS golongan rendah yang bahkan untuk membeli mobil tidak akan mampu sedangkan teman klien memperlihatkan bahwa ayahnya memiliki mobil. Hal lain yang dilakukan oleh teman klien selain menghujat klien terkait dengan keadaan ekonomi keluarga klien adalah teman klien tersebut juga mengatakan kepada klien bahwa jika klien ingin berteman dengannya, orang tua klien juga harus bercerai, seperti yang terjadi pada kedua orang tua teman klien tersebut. Hal ini membuat klien sangat marah dan bahkan mengamuk. Pemilik kos bahkan ikut menenangkan klien yang mengamuk sebab ketika klien marah dan mengamuk, dia justru memarahi dan memukuli temannya yang lain yang sering berbuat baik padanya dan sering ia suruh-suruh melakukan sesuatu untuk dirinya. Klien merasa bahwa ayahnya juga mampu membeli mobil dan temannya tidak perlu menghina dirinya dan orang tuanya. Klien sebenarnya
tidak ingin terlibat masalah dengan teman-temannya karena sebelumnya klien pernah kehilangan teman karena perempuan yang klien sukai justru menjalin hubungan pacaran dengan temannya sendiri, yang membuat klien menjadi tidak akur dengan temannya. Klien tidak ingin hal yang sama kembali terjadi. Merasa tidak nyaman tinggal bersama teman-temannya, klien seketika pulang kerumahnya setelah pertengkaran terjadi. Ia pulang menumpang bus dan sampai di rumah pada tengah malam. Sesampainya ia dirumah, ia langsung marah-marah dan mengamuk kepada orang tuanya. Hal ini membuat klien akhirnya di bawa ke RSJ oleh orang tua dan kakak klien untuk menjalani rawat inap untuk pertama kalinya. Ketika berada di RSJ, berdasarkan wawancara dengan klien, ia memiliki banyak waham/delusi. Salah satu waham yang muncul ketika ia di RSJ adalah ia memiliki seorang kekasih dimana kekasihnya tersebut merupakan seorang dokter di RSJ tempatnya di rawat inap. Ia bahkan menyebutkan nama dokter tersebut dengan sangat terperinci dan jelas. Untuk membuktikan bahwa hal tersebut adalah waham yang muncul dalam diri klien, terapis mencoba untuk mengkonfirmasi nama dokter yang dimaksud oleh klien ke pihak RSJ. Namun, pihak RSJ menyatakan bahwa tidak ada seorang dokter yang memiliki nama seperti yang dikatakan oleh klien di RSJ tersebut. Berdasarkan hasil konfirmasi dari pihak RSJ, dapat dipastikan bahwa klien mengalami waham/delusi. Beberapa hari berikutnya, ketika klien sudah menunjukan perkembangan psikologis yang lebih baik, terapis menanyakan kembali terkait dokter yang menjadi kekasihnya tersebut. Setelah terapis mengatakan bahwa tidak ada dokter di RSJ yang memiliki nama seperti yang diutarakan oleh klien, klien kemudian mengatakan bahwa nama itu adalah milik teman perempuan di sekolahnya. Ia menyukai perempuan tersebut namun tidak pernah berani untuk mengungkapkan perasaannya. Bahkan ketika terapis berkunjung kerumahnya, klien memperlihatkan foto perempuan tersebut yang ia simpan di laptop kakaknya. Dirumah klien menyatakan bahwa perempuan tersebut bukanlah dokter, tapi seorang perawat. Klien bisa memiliki waham bahwa perawat tersebut adalah perempuan yang dia sukai karena perawat tersebut memiliki kemiripan wajah dengan teman perempuan yang ia sukai di sekolah dan ia merasa perawat tersebut sering mendekati dirinya saat masih menjadi pasien di RSJ.