PDF Google Drive Downloader v1.1


Báo lỗi sự cố

Nội dung text 96. Fritzy, Hōkago.docx



Apakah tiap kali pulang sekolah aku akan langsung pulang ke rumah? Tentu tidak. Aku masih di depan kelas, cuma melamun sambil melihat ke arah kelas Fritzy, memastikan dia baik-baik saja, tidak ada yang mengganggu maupun mengusik. Tapi akhir-akhir ini aku sedikit khawatir. Tiap kali para murid sudah pulang dan koridor lantai dua ini mulai sepi, anak-anak kelas dua belas selalu datang. Mereka nongkrong di ujung koridor, atau lebih tepatnya di depan kelas Fritzy. Mereka juga berisik, sesekali bermain game moba sambil melontarkan kata-kata kasar. Tapi untungnya Fritzy selalu keluar dari kelas setelah segerombolan monyet mulut sampah itu sudah pergi. Apa dia tidak terganggu dengan kehadiran mereka? Oleh karena itu aku sedikit memberanikan diri untuk lebih dekat mengawasi. Biasanya aku dari depan kelas, tapi kali ini aku bergeser ke kelas sebelah. Kakak kelas itu terkadang memperhatikanku juga, tapi kadang seperti tak acuh dengan aku yang memilih duduk bersila di depan kelas sebelah. Aku merasa harus melindungi Fritzy kalau seumpama mereka berbuat jahat. Di tiga hari awal kakak kelas itu mulai nongkrong di depan kelas Fritzy, mereka cuma bermain game dan berbincang dengan mulut kasar. Tapi belakangan mereka mulai mengintip ke dalam kelas, lalu berbisik seperti merencanakan sesuatu. Bulu kudukku merinding tiap melihat itu. Sampai tiba hari ini, segerombolan kakak kelas itu tidak datang setelah koridor mulai sepi. Aku merasa sedikit tenang, bisa duduk bersila di depan kelas sambil menunggu Fritzy pulang. Tapi saat ketenangan itu baru terasa, tiba-tiba aku mendengar suara derap langkah menaiki tangga. Entah kenapa aku refleks beranjak, buru-buru bersembunyi di dalam kelas, lalu mengintip siapa yang mendekat. “Lo udah pastiin aman?” tanya salah satu dari mereka. “Aman. Sesuai rencana aja. Satu jaga tangga, satu jaga koridor sebelah. Kalo ada yang dateng langsung teriak,” sahut yang lainnya. Mereka sedang merencanakan apa? “Anak yang biasanya di depan kelas itu gimana?” “Ini mau gue cek.” Apa yang mereka maksud itu aku?
Derap langkah itu semakin mendekat. Nafasku mulai tercekat saat ada langkah kaki yang berjalan tepat di depan kelasku. Dengan hati-hati aku bersembunyi lebih dalam, di balik salah satu meja yang berada di barisan belakang kelas. Benar dugaanku karena setelah bersembunyi, pintu kelasku dibuka. Mungkin dua orang masuk untuk mengecek dari yang aku dengar langkah kakinya. Dan entah kenapa tubuhku membatu, rasanya seperti diburu. Sebenarnya mereka merencanakan apa? “Aman. Gak ada anaknya,” ucap salah satu orang yang mengecek ke dalam kelasku. Lalu, aku mendengar langkah kakinya keluar dan menutup pintu sebelum menjauh. Setelah itu baru nafasku kembali lega. Rasanya atmosfer di sekitarku tadi tiba-tiba berat sampai tubuhku mematung di tempat. Namun sekarang perasaanku gelisah. Dengan sisa keberanian aku keluar dari persembunyian, lalu memastikan orang yang mencariku tadi sudah lenyap. Lantas aku memberanikan diri untuk mengintip keluar kelas. Ada dua orang sedang berdiri di depan kelas Fritzy. Mereka berjalan mengendap, menunduk, seperti sengaja diam-diam ke sana. Jantungku semakin berdegup tak karuan seiring langkah mereka semakin dekat ke pintu kelas Fritzy. Sekali lagi mereka mengintip, lalu mengangguk setelah saling bertukar pandang. Nyaliku tiba-tiba ada. Aku memberanikan diri untuk keluar dari kelas dan mendekati mereka. Namun sayang, setelah aku keluar dari kelas, mereka sudah masuk ke dalam kelas Fritzy. Aduh, kenapa perasaanku tidak enak. “Aaaarrrggh!” Suara apa itu? Suara Fritzy? Sial, mereka ngapain? Aku terus berjalan mengendap, sedikit cepat, lalu sampai di depan kelasnya. Aku melihat ke belakang dan memastikan tidak ada yang mengikuti maupun mengawasi—meskipun tadi aku dengar ada yang mengawasi tangga dan koridor sebelah. Tapi rasanya aman. Mereka tidak melihatku sekarang. Saat aku telah berada di depan kelas Fritzy, aku sesekali mendengar suara gelodak, seperti suara meja dan kursi yang bertabrakan. Nyaliku sedikit ciut, tapi keberanian memaksa aku untuk mengintip lewat jendela. Dan detik itu juga mataku membeliak sempurna. “Emmphhh!”

Tài liệu liên quan

x
Báo cáo lỗi download
Nội dung báo cáo



Chất lượng file Download bị lỗi:
Họ tên:
Email:
Bình luận
Trong quá trình tải gặp lỗi, sự cố,.. hoặc có thắc mắc gì vui lòng để lại bình luận dưới đây. Xin cảm ơn.