PDF Google Drive Downloader v1.1


Report a problem

Content text 31.docx




Suaranya menyadarkanku, ternyata aku sudah tidak sekedar melirik lagi. Gerakanku benar-benar terhenti saat memandang dia, aku sedang setengah berjongkok, mau mengambil sandal yang ada di bawah lemari. “Hehehe… Aku kena stun.” balasku. “Kok bisa?” “Soalnya kamu cantik banget…” Aku mengambil sandal itu, mengenakannya, lalu berjalan ke arah Christy. Entah apa yang membuatku tiba-tiba memeluknya dari belakang, menghirup aroma tubuhnya dari lehernya. Aku peluk erat perut ratanya, seolah aku tidak ingin dia menjauh dariku. “Sayang… kamu kenapa, sih?” tanyanya, sambil tertawa. Dia menggenggam tanganku di pelukannya, sementara kepalanya sedang mengarah kepadaku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya, bibir kami begitu dekat sekarang. “Bangunin anak-anak dulu.” katanya. “Huft… iya-iya.” Aku melepaskan pelukanku, walau aku sangat amat enggan. Aku melangkah keluar kamar, tujuan pertamaku kamar Marsha. Karena perjanjian kami agar kamar tidak dikunci, sehingga aku dengan mudah membuka kamarnya. “Woy! Ba… ngun…” Kosong. Tidak ada kehidupan, tapi sprei mereka berantakan. “Lah, kemana?” gumamku sendiri, masuk ke kamar Marsha dan benar-benar tidak ada suara. Bingung, tapi aku keluar dari kamar Marsha untuk menuju ke kamar selanjutnya. Dengan malas aku turun ke bawah, dan ketika aku mulai mendekati pintu kamar Ashel, aku bisa mendengar suara rintihan. “Ooohhh… L-Liiix…” Marsha? Aku sangat amat yakin seratus ribu persen kalau suara itu milik Marsha, tapi… kenapa dia di kamarnya Ashel. Lalu kenapa dia juga memanggil merintih memanggil Felix?

Related document

x
Report download errors
Report content



Download file quality is faulty:
Full name:
Email:
Comment
If you encounter an error, problem, .. or have any questions during the download process, please leave a comment below. Thank you.