PDF Google Drive Downloader v1.1


Report a problem

Content text PEMIKIRAN PAKUBUWANA IV.pdf




FILSAFAT NUSANTARA/SEPT - 2025 | GDK Page | 4 praktik budaya Jawa, konsep ini tidak sepenuhnya menggantikan gagasan dewa-raja, melainkan berpadu dengannya sehingga menghasilkan suatu bentuk sinkretisme yang khas. Harsono menegaskan bahwa konsep khalifatullah dalam keraton Jawa tetap dibungkus dalam simbol- simbol kosmologis lama, sehingga menghadirkan suatu bentuk Islam Jawa yang unik (Harsono, 2005: 91). Hal ini terlihat jelas dalam ritual-ritual keraton, di mana doa-doa Islam dibacakan berdampingan dengan simbol-simbol kejawen. Bagi Pakubuwana IV, warisan Islam Jawa ini menjadi landasan penting dalam pemikiran- nya, khususnya dalam Serat Wulangreh. Teks tersebut memperlihatkan bagaimana seorang raja memahami perannya bukan hanya sebagai penguasa politik, tetapi juga sebagai pengajar moral dan penjaga harmoni spiritual masyarakat. Dengan menempatkan dirinya sebagai khalifah, ia menegaskan bahwa otoritasnya bersumber dari Tuhan, namun dengan tanggung jawab yang membumi, yaitu membimbing rakyat agar hidup dalam keteraturan etika dan spiritual. Menurut Chodjim, pandangan semacam ini mencerminkan kesadaran raja Jawa akan pentingnya mengintegra- sikan nilai-nilai Islam ke dalam tradisi lokal tanpa harus menghilangkan akar kosmologi lama (Chodjim, 2013: 134). Dengan demikian, posisi raja sebagai khalifatullah fi al-ardh menjadi bentuk adaptasi yang memperlihatkan fleksibilitas budaya Jawa dalam menyerap Islam sekaligus menjaga kesinambungan tradisinya. 3. Dinamika politik dan budaya Jawa pada masa Pakubuwana IV Masa pemerintahan Pakubuwana IV (1788–1820) berada dalam periode penuh gejolak, ketika Jawa sedang berada di bawah tekanan kolonial Belanda sekaligus mengalami pergolakan internal. Keraton Surakarta tidak hanya menjadi pusat budaya, tetapi juga arena tarik-menarik kepentingan politik antara elite lokal dan kekuatan kolonial. Dalam situasi semacam ini, teks-teks didaktis seperti Serat Wulangreh memainkan peran strategis, yakni menata moral masyarakat sekaligus memperkokoh legitimasi raja. Ricklefs mencatat bahwa naskah-naskah moral dari keraton Surakarta pada masa ini merupakan respons atas krisis politik dan sosial yang mengancam kohesi masyarakat Jawa (Ricklefs, 2007: 246). Oleh karena itu, pemikiran Pakubuwana IV tidak dapat dilepaskan dari konteks zaman yang menuntut raja untuk tidak hanya menjadi simbol kosmos, tetapi juga menjadi penentu arah moral masyarakat. Krisis politik yang dialami Jawa mendorong Pakubuwana IV untuk menekankan pentingnya etika, kesederhanaan, dan disiplin dalam hidup bermasyarakat. Melalui Serat

Related document

x
Report download errors
Report content



Download file quality is faulty:
Full name:
Email:
Comment
If you encounter an error, problem, .. or have any questions during the download process, please leave a comment below. Thank you.