PDF Google Drive Downloader v1.1


Report a problem

Content text KAMI.004_Mahkota_03.pdf

"Hmm kayaknya sebelum itu deh, pas denger Marsha main sama kokonya ga sih?" Sanggahan Indah di ruang makan beberapa waktu terngiang-ngiang dalam benak Marsha. "Yeee, paling ngga gw ga maen sama keluarga sendiri!" Sambil tiduran memeluk guling di kasurnya, Marsha lantas mengingat apa yang diucapkan oleh Atin beberapa saat sebelumnya. “Emang semuanya salah ko Timmy. Pake acara sange sama adek sendiri” Gumaman Marsha itu lantas membuatnya mengantarkan pikirannya untuk mengingat-ingat bagaimana dirinya dikenalkan pada seks oleh ko Timmy. - ***
Anak kedua dari dua bersaudara, Marsha memiliki seorang koko bernama Timothy yang lebih akrab disapa dengan panggilan Timmy. Meski terpaut 3 tahun dari Timmy, hubungan kakak beradik keduanya terjalin dekat sedari kecil. Dimana Timmy berada, di belakangnya pasti ada Marsha. Tumbuh besar di rumah yang penuh akan kasih sayang, papa dan mama Marsha tak pernah malu untuk menunjukkan rasa sayang mereka terhadap anak-anaknya, baik secara verbal maupun perbuatan. Termasuk di antaranya adalah sentuhan-sentuhan fisik seperti pegangan tangan, rangkulan bahu, rangkulan pinggang, pelukan, dan ciuman pipi yang menunjukkan kasih sayang mereka. Sebagai anak bungsu dan anak perempuan, tentunya Marsha merasakan lebih banyak lagi wujud kasih sayang keluarganya kepadanya. Oleh sebab itu sedari kecil Marsha sudah terbiasa dengan berbagai macam kontak fisik dan wujud kasih sayang papa, mama, dan Timmy kepadanya dan membalas semuanya dengan senang hati. Kebiasaan itu tetap terjaga dan kedekatan mereka sama sekali tidak berkurang meski Marsha dan Timmy telah beranjak dewasa. Sayangnya ada beberapa hal yang mungkin seharusnya dikurangi. *** Semenjak Marsha beranjak dewasa, tepatnya setelah Marsha melewati pubernya dan masuk ke SMA, penampilan Marsha berubah banyak. Kulit putih bak porcelain, fitur wajah yang imut nan cantik dengan mata bulatnya, serta lekukan tubuhnya yang semakin hari terasa semakin bertumbuh di bagian-bagian yang tepat. Sejak saat itulah Timmy menyadari betapa cakepnya adiknya ini. Dan sejak saat itulah setiap sentuhan yang Marsha berikan kepada Timmy mulai terasa lain.
Sayangnya Marsha adalah adik kandungnya dan sebagai keluarga kandung, ia tahu bahwa terdapat batasan yang jelas. - Meski mengetahui posisinya sebagai kakak kandung Marsha, Timmy tetaplah seorang laki-laki biasa. Ditambah dengan usianya yang berada di awal 20an, birahi Timmy tengah begitu menggebu-gebu sehari-harinya. Alhasil walaupun mengetahui apa yang dilakukannya salah, Timmy sesekali membayangkan sosok Marsha saat dirinya asik sendiri. Entah sudah berapa kali ia mengeluarkan muatannya dibantu dengan sosok Marsha di dalam imajinasinya. Untungnya sejauh ini Timmy dapat meredam hasratnya dan tidak melakukan lebih dari itu. Sehingga pikiran-pikiran tabu yang muncul di benaknya langsung dihapusnya dari pikirannya. Setidaknya hal itu berlaku hingga beberapa bulan terakhir. - “Kenalin gw dong bro. Cakep banget adek lo” “Gw jadi lu sih udah gw ajak main. Paling ga tipis-tipis lah” “Pegang-pegang dikit enak tuh. Enyoy pasti tetenya” “Pantatnya berisi juga bro, enak nih pasti digenjot dari belakang” Entah sudah berapa kali Timmy mendengar komentar-komentar seksual dari mulut teman-temannya terhadap Marsha. Circle pergaulan Timmy yang cenderung bebas membuatnya tak bisa berkata banyak karena kelakuannya sendiri juga tidak jauh berbeda dari mereka.
Perihal seks apalagi. Betul-betul serupa. Ditambah dengan mengingat bahwa sebagai kakak kandung Marsha, dirinya tak hanya sekali dua kali saja membayangkan Marsha untuk memuaskan nafsunya, Timmy tak bisa berkata apa-apa terhadap teman-temannya.. - “Bro, lo yakin ga mau ngapa-ngapain adek lo?” Hahhh Seolah sudah biasa mendengar komentar serupa, Timmy menghela nafasnya lalu menggelengkan kepalanya dengan ekspresi pasrah. Timmy lantas melihat ke arah Dion, sahabat akrabnya sejak SD yang tengah nongkrong bersamanya di sebuah cafe. “Yakin. Secara gw keluarga kandung, ga ada celah masuknya bro. Kecuali kalo gw mau maksa dia ya”, ucap Timmy “Lah itu tau apa yang lo mesti lakuin”, pancing Dion “Ya kali gw maksa adek gw sendiri cuy. Kalo ortu gw tau gimana?”, sanggah Timmy “Ya kan bisa lo lakuin pas ortu lo lagi keluar”, balas Dion “Ya kalo abis pulang doi ga cerita. Kalo cerita? Abis idup gw”, elak Timmy “Berarti nyerah nih? Yakin?”, goda Dion “Ya mau gimana yon, ga ada ruang slurrpppp”, balas Timmy pasrah sebelum menyeruput kopinya “Ada Tim. Ada. Bentar gw bisikin”, ucap Dion sebelum dirinya beranjak berdiri, duduk di sebelah Timmy dan mulai membisikkan ide yang ada di benaknya. Mata Timmy yang semula terlihat tak tertarik sedikit demi sedikit membuka lebar.

Related document

x
Report download errors
Report content



Download file quality is faulty:
Full name:
Email:
Comment
If you encounter an error, problem, .. or have any questions during the download process, please leave a comment below. Thank you.