Content text KAMI.003_Mahkota_02.pdf
"Kapan ya? Sejak kak Indah cerita tentang Edo kali?" "Hmm kayaknya sebelum itu deh, pas denger Marsha main sama kokonya ga sih?", sanggah Indah "Masa iya? Bukannya pas Ashel tiba-tiba nyeplos kalo udah ga perawan gara-gara Raffi?", ucap Marsha dengan polos Keempat gadis ini pun tanpa sadar membayangkan kembali saat mahkota keperawanan mereka diambil. - Situasi yang dialami oleh Indah serupa dengan pengalaman Ashel. Raffi, pacarnya di kala itu yang telah menjadi mantan, merupakan sosok yang bertanggung jawab atas jebolnya keperawanan Ashel. Namun terdapat perbedaan yang mendasar diantara pengalaman Indah dan Ashel. Hubungan Indah dengan Edo dilandasi oleh persahabatan sedari kecil. Hal ini membuat hubungan mereka cenderung kalem, innocent, dan didasari oleh perasaan sayang dan kenyamanan mereka akan kehadiran satu sama lain dalam keseharian mereka. Di lain sisi, hubungan Ashel dan Raffi dilandasi oleh sesuatu yang lebih primal. -
- Sedari kecil Ashel bersama dengan Kathrina, Marsha, dan Indah bersekolah di sekolah-sekolah putri yang tak memiliki siswa laki-laki sama sekali.
Semakin bertambahnya umur Ashel, batasan ini membuat rasa penasarannya akan laki-laki, pacaran, dan hal-hal terkait lainnya mulai tumbuh sewajarnya. Les demi les dan sesi ekstrakurikuler yang ia ikuti di sekolahnya lantas membuatnya tak memiliki banyak waktu luang untuk jalan-jalan dan membentuk circle pertemanan yang baru yang dapat mengenalkannya ke cowok-cowok seumurannya. Memang ada beberapa cowok seumurannya yang dikenalnya. Namun hanya sebatas itu. Tumbuh sebagai anak bungsu dan anak perempuan satu-satunya di keluarganya, Ashel begitu dijaga oleh orang tua dan abang-abangnya. Kemana Ashel pergi, salah satu dari dua abangnya pasti mengikutinya. Digabung dengan kurangnya waktu yang dimilikinya, Ashel tentu tak dapat merajut hubungan yang lebih dekat dengan cowok-cowok yang ia kenal. - Beranjak 18 tahun, Ashel lebih dipercaya oleh keluarganya untuk menjaga dirinya sendiri. Oleh sebab itu dirinya dapat merasakan kebebasan yang diimpi-impikannya setelah sekian lama. Dirinya juga sudah jauh lebih pintar untuk membuat alibi dan alasan-alasan yang masuk akal. Dengan cara inilah Ashel mulai dapat pergi kesana kemari sendirian atau dengan teman-teman sekolahnya. Sifat Ashel yang supel, suka ngobrol, dan cukup heboh membuatnya dapat masuk dengan mudah dari satu grup ke grup lainnya. Dalam beberapa saat saja Ashel dapat memperluas circle pertemanannya secara eksponensial. Dan dari salah satu circle pertemanan tersebut, Ashel bertemu dengan Raffi.
- Raffi, anak basket yang setahun lebih tua dari Ashel. Keduanya bertemu di sebuah bazaar yang melibatkan seorang mutual friend. Dengan tinggi 181 cm, badan yang fit layaknya seorang atlit, dan rambut shaggynya, Raffi berhasil memikat perhatian Ashel. Di lain sisi, wajah Ashel yang well-defined dan figur badannya yang cukup mempesona juga berhasil memikat perhatin Raffi akannya. Keduanya dengan cepat menjadi akrab, saling bertukar nomor, dan menghabiskan hari demi hari mereka chat dengan satu sama lain. - Ingin menunjukkan sisi kerennya di lapangan, Raffi pun mengundang Ashel untuk datang ketika dirinya bertanding. Taktik Raffi membuahkan hasil sesuai dengan keinginannya. Aksi demi aksi Raffi di lapangan, badannya yang sedikit gilap oleh peluh, hingga rambut shaggynya yang lepek akan peluh semuanya tak lepas dari pandangan Ashel. Ashel yang melihat Raffi bertanding lantas semakin jatuh hati padanya. Menyadari tatapan Ashel yang memperlihatkan jelas perasaannya usai bertanding, Raffi lantas tahu bahwa taktiknya berhasil. Tanpa menunggu lama, Raffi lantas menembak Ashel saat mereka makan bersama selepas dari lapangan. Meski tak menang di pertandingan basketnya, Raffi memenangkan sesuatu yang lebih besar untuknya di hari itu. -