Content text 15. Kisah Perjalanan Ki Ageng Wonokusumo (Asal Mula Dukuh Wonotoro).pdf
` Wonotoro merupakan salah satu dukuh di Desa Catur yang memiliki sejarah penting di Boyolali. Secara etimologi berdasarkan Kamus Bausastra Jawa-Indonesia karya S. Prawiroatmojo kata Wonotoro berasal dari kata wono yang berarti hutan dan tara berarti bersih, sinar, penerangan, suara keras. Tetapi berdasarkan riwayat penuturan dari berbagai narasumber mengisahkan terjadinya Wonotoro. Terjadinya Wonotoro tidak terlepas dari nama besar Ki Ageng Wonokusumo yang menjadi cikal bakal Dukuh Wonotoro. Menurut riwayat Ki Ageng Wonokusumo adalah salah seorang trah keturunan Majapahit (Brawijaya). Ki Ageng Wonokusumo putra dari Ki Ageng Giring IV, maka beliau juga sering disebut dengan nama Ki Ageng Giring. Ki Ageng Wonokusumo mempunyai saudara berjumlah empat, yaitu Pangeran Handayaningrat, Ki Ageng Mangir, Ki Pemanahan, dan Nyai Sobrah. Mereka adalah keturunan kerajaan Majapahit. Saat itu, ada ramalan bahwa wahyu keraton akan berpindah dari Jawa Timur ke Jawa Tengah, para keturunan 1
` Majapahit diutus untuk ke tanah Jawa agar nantinya bisa mendapatkan wahyu keraton dan bisa meneruskan pemerintahan Majapahit. Sebelum berangkat, mereka mendapat nasihat dari Sesepuh Majapahit untuk menimba ilmu terlebih dahulu kepada Kanjeng Syeh Maulana Malik Ibrahim di Gresik. Setelah selesai menimba ilmu di Gresik, mereka mengembara ke tanah Jawa yang saat ini bernama Jawa Tengah, termasuk Ki Ageng Wonokusumo. Dalam pengembaraannya Ki Ageng Wonokusumo mendapat wangsit untuk mencari suatu tempat yang bernama Alas Tara. Perjalanan Ki Ageng Wonokusumo diikuti para abdi yang setia. Setelah sekian lama mengembara, Ki Ageng Wonokusumo beserta para abdi sampai di suatu tempat yang tidak diketahui namanya. Mereka beristirahat di sana, Ki Ageng Wonokusumo bersemedi. Sedangkan para abdi saling bertanya dan berdebat apakah tempat yang ditemukan ini adalah Alas Tara yang dimaksud. Abdi 1 : “Hai kang. Ini ni udah sampai ini di alas Tara.” Abdi 2 : “Apa iya?” Abdi 1 : “Iya ini, yakinlah sumpah.” Abdi 2 : “Bukan bukan ya.” Abdi 1 : “Kamu tu ngeyel.” Kegaduhan yang dibuat para abdi membuat semedi Ki Ageng Wonokusumo untuk mendapatkan petunjuk dari yang Maha Agung terganggu. Beliau berteriak dengan keras kepada para abdi. Ki Ageng Wonokusumo: “Hee para abdi, aja mung padha caturan wae!” Mendengar teriakan Ki Ageng Wonokusumo, para abdi seketika diam. Ki Ageng Wonokusumo lalu melanjutkan perkataannya. 2